Kamis, 30 Oktober 2008

PAIMAN
ada seseorang bernama paiman, dia seorang penjual se cendol untuk para petani yang sedang istirahat ketika duhur tiba, seperti biasa ia pergi di pagi hari untuk berjualan mengelilingi desa. kebetulan ia selalu melewati suatu pondok pesantren ketika berangkat bekerja. ia termasuk orang yang tawadhuk terhadsan seorang kiai yang mengasuh desa tersebut, maklumlah ia adalah salah seorang jawa yang sangat mengagungkan sosok ulama di desa tempat ia tinggal.
pagi itu, tanpa di nyana ia bertemu dengan kiai yang ia segani tersebut "assalamu'aliakum" sapanya kepada sang kiai, wa'alaikum salam" kayai tersebut menjawab. biasa orang islam kalau bertemu memang seharusnya sama-sama untuk mengikrarkan janji cinta yang disimbolkan dengan salam yang di ucapkan secara tulus. alkisah sang kiai bermaksuk untuk memborong semua es cendol yang ia bawa untuk di jual. tetapi apa yang terjadi, paiman malah menangis tersedu-sedu. sang kiai menjadi kaget, "kenapa kamu menangis paiman" tanya sang kiai. mungkin kita akan mengira kalau paiman sang bakul es cendol merasa kesenengan es cendolnya habis di tebas sang kiai. tetapi apa kata paiman kepada sang kiai "maap kiai, saya bukannya menolak maksud kiai, tetapi saya kasihan saja pada para petani yang langganan kepada saya. jika mereka nanti membeli dan kehabisan kasihan mereka kiai" begitulah jawaban dari paiman. akhirnya sang kiai juga memahami apa yang dirasakan paiman dan mengurungkan niatnya.
begitulah paiman seorang pedagang es cendol yang sangan arif menjaga nasib para petani yang mungkin akan terasa teriris-iring tenggorokannya ketika siang bolong datang. alangkah tulus hati seorang paiman menjaga perasaan para petani yang mungkin dibilang taraf kehidupannya hampir sama dengannya.
tetapi apa yang kita liat sekarang ini, para orang-orang yang menduduki kursi empuk sebaai para wakil dsan pemimpin rakyat dengan enaknya malah mengiris-iris hati dan tenggorokan mereka. ......

Tidak ada komentar: